Renungan cinta Dari seorang gadis Cilik,Terimaksih untuk Moment kelahiranKu. - Peke tanah

Terbaru

Menulis Untuk Kenikmatan

Tuesday 14 May 2019

Renungan cinta Dari seorang gadis Cilik,Terimaksih untuk Moment kelahiranKu.

Renungan cinta Dari seorang gadis Cilik,Terimaksih untuk Moment kelahiranku.

                          Oleh:Ret Nirmala
                         Genre: Cerpen


                             
 Ret Nirmala ( foto Istimewa)
Masiswa Manajmen Perkantoran.
 Di Universitas terbuka di Bali.



24 September 1999,Hari kelahiran ku,di mana hari itu aku mengenal Dunia beserta isinya hari yang  sangat bersejarah dalam hidupku, karena hanya sekali terjadi dalam kehidupanku setelah 9 bulan aku menaungi rahim ibu. Dan aku merasah kesetiaan dan ketulusan ibu merawatku hinga aku lahir dan.

Sejak saat itu aku hadir  di dunia betapa bahagia ketika melihat indanya Alam berserta isinya',seiring waktu usia ku bertambah, aku pun mulai belajar melalui proses yang panjang hingga aku besar kelak, semua dengan penu cinta.
 Hari demi hari. bulan pun  berganti,dan tahun demi tahun, Aku merasakan suka dukanya hidup.

 Tapi aku tak pernah menyerah karena Tuhan' saya anggap bersamaku.Dengan kehadiran orang yang mencintaiku mereka adalah orang Tua,
Teman,saudara dan semua orang.

Tak terasa usiaku  sudah masuk  7 tahun.ibu ingin aku,   masuk di Sekolah Dasar (SD)  di sini aku mengingat lagi  ibu. Di mana aku tau' Ibu,waktu aku kecil. dia hanya berjuang  dengan sendiri membesarkan aku, sejak aku di lahirkan. tampa seorang ayah.
Dalam renung hari ku,kasian ibuku seperti hidup seorang diri, dan sayang nya kalau memang ayah ku, tidak ada di dunia ini, ya.! Pasti benak ku, tidak terpikir.karena ibu memang berjuang seorang diri,dan paling mirisnya lagi,kami tinggal jau dari kampung di mana,rumah reot kami itu, berdiri apik di lembah, orang sebut, wejang/tempat menimba air orang se kampung ku, dan lembah ini juga, berada di bibir pematang lahan sawa ku,kami sendiri yang mendiami tempat itu, antara sunyi dan seyap, Namun saya tidak tau lagi,

 karna memang itu saja tempat yang kami bisa tinggal,
rumah kami, di kelilingi pohon aren,bambu,pisang,kopi,dan lahan sawa terjal, dengan sembari gemericik air sungai tempat,memproleh air sekampung ku.
Tapi hatiku sedikit riunya lagi,ketika melihat ibuku yang berjuang seorang diri, ibu memang tangu.
kecintaan nya'dalam perjanjian pernikaan sama ayah, tidak pernah terbengkelai,

kesetian nya itu tulus,di mana, kisa ini jika terjadi dengan ibu-ibu  jaman usia saya, pasti tak lama cerai dengan Ayah saya,namun ibu memang ibu bisa aku jadi contoh dalam perjuangan ku,ke gigianya, mendidik ku, dan kedua adik ku,tak tersa air mata tiris di pipih ku,mengapa ibu, tulus sekali menghayaati gentirnya hidup.
walaupun hidup di lembah sunyi itu, namun tetap menjalankan kehidupan hari-harinya dengan senyum,lebih hormatnya lagi,menghidupkan aku dan adiku, dari olahan lahan,peninggalan papa semenjak bapa tinggal kami,pergi mengembara, orang sekampung ku, sebut (rantau)

Namun,ketulusanya itu, sampai saat ini tetap termukai, dan benaku, terpikir, apa ku, nantinya,mengalami nasip yang sama seperti ibu, apa aku yang lebih kejam dari pada ibu, cerita ini memang tidak terlalu begitu penting namun di sini aku menceritakan martabat seorang permpuan dengan mental kuat dan kegigianya,di lihat dari gelagak wanita jaman now" hidup rumah tangga seperti mainan',terbawa santai,bahakan menjadi seorang Ibu, tugas pokok melayan suami, seperti melayan di dunia maya dengan apdet status di media sosial permenit samapai lupa tugas pokok,bahakan suami juga yang melayani istri yang lagi bersahaja dengan status gosip ibu-ibu.

Dan kisa ku ini, tiba ku menduduk
 kelas Tiga SD. Ayah tiba-tiba pulang, dan kebetulan suda lama aku  menunggu kedatangan Ayah. sejak aku lahir, baru aku, melihat dengan jelas raut waja ayahku.
Ke gembiraanku tak terhingga, waktu ayah pulang dengan nada terbata-bata memanggil ku, dengan nada seduh, di mana kangenya di tanah rantau ingin melihat ku dan memeluku sejak aku usia bay sudah terbayar saat itu,namun sayang nya, bliau tidak sempat merasahkan kasih sayang ku waktu bay,

Tersentak semua orang yang lagi kerumun menangis mendengar riuanya Ayah ketemu aku dan ibu.

Dan tiba di Tahun ke berikut diriku masuk sekolah menengah atas, di waktu itu aku memiliki moment yang tak perna aku  lupakan,merasa hidup teralu kejam bagi ku, ingin menyerah tapi apa daya, Tuhan bersama ku,di mana aku tinggal jau sama ibu, demi melanjutkan pendidikan di sekolah menega atas, yang jau dari kediaman ibu, dan saya tau ibu pasti sedih di tinggal sama aku, di rumah ku yang berada di tenga kebun itu. Dan keluhku
Aku merindukan mu ibu yang tanggu..

Dan mendengar ibu dan ayah di ceritakan selalu berantem dengan persolan tidak jelas. dan sebenarnya nenghadapi percoban yang mengejikan. di mana ayah dan ibu saling berantem. dan kami tak merasakan kasih sayang dari seorang ayah.

 Bahakan kata kotor dan sangat keji untuk di ucapnkan dan tidak enak untuk di dengar, sat Ibu sedang mengandung adik ku,aku benar-benar ingin rasa mau mati, bahkan untuk lanjut sekolah pun,keinginan terpupus,merasa tekanan yang di layangkan ayah ke pada kami seolah kami tidak di anggap, namun mujizat Tuhan hadir di tengah kami.walupun sekarang hanya bisa mendengar suara saja,untuk melihat sudah tak bisa, selalu memotvasi dan selalu mendoakan ku  memakan waktu.

Dan saat ini aku sudah melangkah ke perguruan  tinggi,Sesat Aku merenung diri yaitu berkat hadir kembali sang pejuang keluarga yaitu ayah, "saya rasah bangkit dari ke tempurukan hidup, di mana,dalam benak ku, tak terpikir, aku, tercapai sampai lanjut ke perguran tinggi oleh berkat seorang ayah yang hadir kembali sebagai pejuang hebat dalam hidup,Tiba-tiba hadir di tenga keluarga untuk mencari uang menafkai dan menyekolahkan ku ke perguruan tinggi, dan doa ku, semoga cita-cita ini tercapai.dan tak terelak di  mana saat ini juga, lagi-lagi terjadi gejolak hebat dalam keluarga kecil kami, di mana papa, tegah menduakan ibu,dan semua ini, mungkin satu jalan dalam keluarga kami, dan  dalam doa ku, selau menangis, ingat lagi ibu, dan diriku,hanya pasarah menahan airmata terus memikirkan ibu. Dan

pertempuran hebat, sejak aku lahir, dan di usia gadis ku, belenguh hidup hadir lagi peristiwa yang sama.aku jadi tergangu dalam konsen belajar, mengingat ketulusan ibu menghadapi beringas nya hidup ini seolah rasa tak adil di titian,selalu saja muncul ritihan dalam bentuk rtetan tahun seperti bertahap di berikan. dan satu saja aku, pikiran saat ini,  mungkin ini,Jalan hidup Ibu,Ayah, dan aku. Semoga saja sampai di sini untuk esok dan Tahun seterusnya  Tidak ter tacap kembali**


  Bali-Hayamwuruk, 14 Mei 2019.
 


No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan jika Anda punya saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan.
Catatan :
Komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan diperiksa terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Hanya komentar yang berkualitas dan relevan dengan topik di atas yang akan ditampilkan. Harap gunakan sebaik-baiknya dan sebijak mungkin form ini. Terima kasih untuk kerja samanya. (jangan lupa centang notifme)