Perempuan Yang Naik di Ruteng
|
.Vian Dar (Fto istimewa)
Masiswa SDM,Universitas Terbuka di bali dan juga Penulis lepas media oline dan Ketua umum Himpunan HIMASTI BALI. |
Bus antar kota itu tiba di Ruteng pada pergantian malam , pada waktu ketika malam dalam keadaan paling sunyi. Tiba-tiba bus berhenti, tepat di tengah Padang ilalang yang membentang panjang dan luas. Ilalang itu hanya berisi rumput- rumput gajah yang bergoyang di terpa angin yang semilir ke barat.
Rembulan meredup lantaran tertutup gumpalan awan yang melintas. Suasana begitu sunyi, rumah penduduk tak terlihat Karena tertutup rumput-runput gajah, tapi sesekali muncul ketika rumput -rumput menunduk menahan angin dan terlihatlah atap yang berkilauan.
Bus berhenti sejenak . tetapi mesinnya masih menderu , memecah malam yang sunyi. Menyalahkan keshyaduan lantunan angin yang tenang dan melodik. Dari tengah ilalang , seoarang bergerak cepat, berlari kearah bus. Ilalang yang tadinya tenang terbagi dua . Orang itu, berlari lalu seketika masuk kedalam bus.
Dia seorang perempuan , kepalanya tertutup kerudung dari kain tenun bercorak songke khas Manggarai. Wanita itu berjalan tergesah -gesa, melewati deretan kursi, melangkahi tas penumpang dan tong sampah lalu duduk di jok paling belakang sebelah kanan. Penumpang lain tak menyadari kedatangan perempuan itu, mereka sudah pulas tepat ketika bus sudah memasuki hutan yang menjadi perbatasan Ruteng dan Lembor. Orang -orang sama sekali tidak terganggu dengan adanya perempuan itu. Mereka larut dalam mimpi yang mengayomi, indah dan teduh.
Mimpi yang syahdu , tidak sebagaimana kenyataan harus mereka hadapi. Kehidupan yang melilit dan membahayakan sebab setiap gerak adalah langkah menuju keputusasan. Hidup senangtiasa harus di jalani dengan uang atau tanpa recehan sekali pun. Dengan perut kenyang Maupun lambung yang keroncongan. Sesekali hidup mesti indah Walau sebatas mimpi.
Bus kemudian melaju, meninggalkan ilalang yang panjang dan sepi. Meninggalkan kesunyian yang di ciptakan oleh cahaya rembulan yang perlahan nampak setelah gumpalan awan terbang dan menghilang. Perempuan itu, masih duduk di kursi belakang sebelah kanan , wajahnya sayu dan bibirnya perlahan bergetar, setetes air kemudian terurai dari matanya yang bulat seperti kelereng.
Air matanya tak terbendung. Entah perasaan apa hingga air matanya sulit tertahan. Ia memandangi jalanan yang bergerak di luar. Jalanan yang sunyi dan gelap, seperti lorong -lorong gang kampung yang rela ia tinggalkan. Tapi, baginya, saat ini tak ada yang lebih gulita selain masa depan dan dirinya.
"Barangkali , aku adalah perempuan malang malam ini. Oh bukan saja malam ini, mungkin selamanya," gumamnya.
Bus terus melaju, meleset membelah angin malam. Fiuuh. Perempuan itu , masih saja duduk, matanya semakin sembab, dia berusaha terpejam tapi sulit . Dia ingin tidur saja, tapi malah terjaga. Pandangannya keluar jendela, keujung jalan yang gelap tak bercahaya. Ah , memang saat ini ia begitu membutuhkan cahaya itu . Semacam pelita yang bisa menerangi hidupnya, menuntunnya kesebuah dermaga bernama kebahagian.
Kali ini, air matanya seperti sungai yang deras. Tapi tidak jernih, air matanya terdiri dari kesakitan, putus asa , amara hingga perasaan tidak bisa melakukan apa -apa atas apa yang di alami selama ini sebagai perempuan.
"Kenapa aku tidak terlahir saja sebagai laki-laki?"
" Memangnya apa yang menentukan seorang lahir sebagai laki-laki atau perempuan ? Ah, bukankah itu kehendak Tuhan," dia berbicara sendiri.
Apa yang telah di alaminya sebagai perempuan adalah bukan sebagai makhluk indah sebagai yang menjadi buah bibir orang-orang. Perempuan merupakan perhiasaan yang harus di jaga adalah semacam adagium tandus tanpa makna apa-apa. Perempuan seolah menjadi makhluk yang berhak untuk di lukai. Tak ada yang bisa dimanfaatkan dari perempuan kecuali sebagai pemuas birahi, merasakan puncak kenikmatan dalam proses penyatuhan tubuh pada tamaram malam.
" perempuan sudah tidak dilakukan secara tidak adil sejak dalam pikiran,"gumamnya.
Bayangkan saja pakian yang yang membalut kemolekan tubuhnya menjadi bahan imajinasi setiap lelaki yang melihat. Apapun jenis pakaiannya, dari gamis hingga bikini mini. Setiap lekukan tubuh, gaya bicara hingga intonasi suara bisa menjadi bahan bagi laki-laki menyukainya. Perempuan kerap diangap menjadi biang keladi dari berbagai kejahatan seksual yang dilakukan lelaki.
Perempuan itu mematung di bangku paling belakang sebelah kanan. Kepalanya ia sandarkan pada kaca jendela bening, yang memperlihatkan jalanan yang terus bergerak, sedangkan kecepatan bus terus meningkat. Si supir menekan pedal gas beriringan dengan lagu dangdut yang di nyalakan dengan volume sedang.
Matanya lalu terpejam, dia akhirnya tidur, tetapi dalam sekejap matanya kembali terbuka. Kemudian apa yang dia lihat sama sekali berbeda dengan ia alami sebelumnya. Deretan kursi bus antar kota itu hilang, nyanyian dangdut sayup-sayup terdengar mengangu tak ada. Tumpukan tas di lorong kecil yang memisahkan kursih penumpang entah kemana.
Ketika membukakan matanya, dia berada pada dunia yang sama sekali berbeda. Dunia tanpa nama.
" Mungkinkah ini dunia cahaya?"
Perempuan itu melihat sekelilingnya begitu bercahaya. Setiap di lihatnya lalu di rasakan semacam kebahagian yang nyata. Dia melihat hamparan persawahan yang rapih dan bercahaya. Bukan persawahan di kampungnya yang semakin menyempit dan orang -orang lebih menyukai bekerja di perantauan meninggalkan kampung halaman
Dia memandangkan ke berbagai arah, pepohonan itu tinggi dan menjulang . Daunnya rimbun dan buah- buahannya bercahaya . Ia berlari ke pohon itu lalu memetik buahnya,kini tangannya yang bercahaya,berpendar menerangi pohon di depannya.
" Ini adalah buah cahaya,"
Dia berteduh di bawah pohon , tapi dia tidak bisa bersembunyi dari cahaya yang menerangi sekelilingnya. Susana begitu tenang dan shyadu. Dia seolah di sambut di tempat itu sebagai perempuan yang dilahirkan oleh cahaya.
Disudut lain, dia melihat berbagai binatang berlarian riang. Kuda kuda putih dan coklat merasakan kebebasanya. Menapaki setiap langkah dengan aroma kebebasan. Kuda -kuda itu rambutnya terurai,ketika berlari memunculkan cahaya yang berkolebatan di belakangnya. Kuda -kuda yang bebas,berlarian sesukanya pada Padang rumput yang penuh bercahaya.
Apa yang dipandangnya saat itu adalah cahaya yang berbinar entah dari mana asalnya. Lalu yang dirasakan adalah kehangatan dan ketenangan . Padahal orang orang bilang tidak ada yang bisa sampai kedunia itu. Kedunia penuh cahaya,dunia yang selalu menjadi cita -cita setiap orang .
" Aku hampir tiba, tapi sesuatu ," kata satu orang di warung kopi di desa ngorang.
" Wallah, kalau aku malah salah jalan. Malah kedunia malam, "
"Wah... Itu bukan kepinginanmu?"
"Haaaaa,"
Perempuan itu masih berdiam di bawah pohon. Menikmati segala hal yang belum pernah ia rasakan pada dunianya sebelumnya. Pada setiap olok olok oleh temannya di kota Bali karena dia diangap telah merebut pacar dari salah satu teman kampusnya. Sebagai omongan yang telah meruntuhkan batinnya . Lalu tiba-tiba, cahaya itu hilang. Segalanya muram dan kembali gelap.
" Nyonya bangun, sudah tiba di Labuan Bajo**
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan jika Anda punya saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan.
Catatan :
Komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan diperiksa terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Hanya komentar yang berkualitas dan relevan dengan topik di atas yang akan ditampilkan. Harap gunakan sebaik-baiknya dan sebijak mungkin form ini. Terima kasih untuk kerja samanya. (jangan lupa centang notifme)