Bulan Bergeser - Peke tanah

Terbaru

Menulis Untuk Kenikmatan

Wednesday 15 May 2019

Bulan Bergeser

Bulan Bergeser                   Bulan Bergeser

                  Oleh: Fery. A. D
                  Genre: Novel.

                   
Foto ilustrasi pengembara. 

Fto:jasa perjalanan laut.
Labuan Bajo-Denpasar Bali

Bulan Bergeser..!!


Merajut, dari perputaran Hari berganti Minggu, dan putaran berganti Bulan, kekerisian keruk melanda,dalam keadaan tenaga yang lesuh dengan mengenakan baju belur lesuh keringat dan kumuh,di besarkan di rumah ukuran 4x5 meter berdinding gedek dan berlipat tai sapi,ah..!mengeluhkan, proses seperti penyuluhan sadapan nira aren saja,berjuang seperti bersumpah darah tidak kenal lelah,mengarung lapak jalan berasap karbon di oksida o2,
Gelitan kelihatan dari pancaran lipat lilitan dahi yang penuh dengan baluran asap kendaraan berlalu lalang,tertenggak sengat di bawah tajam nya mata hari, meludai kulit ubun-ubun,

Pinggir ke kiri ah, perjuangan yang berselepotan yang tidak akhir-akhir,sampai usia jompo menghabiskan di tanah orang, dan kelihatannya, semua rambut bertumbuh uban, genit seperti orang yang sedang dalam masa usia lanjutan (Lansia)
Ah..ini aneh cerita pengembara yang habis waktu dengan melipat kaki menunduk kepala seperti orang yang lagi bersemba sujud dengan dewa-dewa, habiskan waktu dengan putar balik ke kos teman bertandang, lalu duduk bersilah meneguk secangkir alkohol berputaran seruput dengan teman,bahakan sebatang Lisung berbagi mengemis bersama sahabat, sampai melupakan segalanya,tujuaan.mengembara di tanah rantau,
Bulan berputar arah dang bergeser mengelukan menanti bulan yang sudah lewat, menganti dengan kalender bulan lalu, tiap hari berlumur dera keringat banting tulang menghabis hanya berjuang mengarung nasip nestapa tunggu, kehadiran sang khalik membantu, menghadirkan ke ajaiban bawa proses dari banting tulang kering itu memperoleh laba, mengumpul angka rupiah.

Menjadi pekerja dan di perintah sesama. Yang sudah berpengalaman itu lumrah, tidak memandang kau itu tua keladi, di atur sana-sana sini menggendong tas besar,mejinjing menghantar ke ruangan sang raja yang datang mereakrasi menikmati pesona keindahan Keunikan pulau berseribu pura.

Bergemil kata gemis ah, mereka sombong seolah mereka tamu ya, semaunya, ia memang itu namanya, pejuang banting tulang tidak memasang kamu itu tidak pantas di situ sana sini, karena usia mu, kulit sudah mengulung-gulung.

Ah.. Itu memang nasip jangan di sesal tunggu bulan bergeser baru menerima, walaupun penerima dan pemasukan, tidak sama dan mala mines dan walaupun kerja banting tulang tidak sesuai dengan pendapatan itu memang risiko,
Kitakan pekerja ingin bekerja dengan bersi tangan tidak mau seperti petani di kampung, jemur kulit itu, yang pura-pura manjah, padahal, lahir dari perut seorang petani tulen.

Mungkin ini didik peninggalan jaman feodalisme,menjadi petani itu kerja yang membodokan karena kerja tidak dengan baju seragam lengkap, dan kekuatan nya, tidak semewa, seperti orang berdiri dungu di depan portal hotel, orang, datang satu,tanya ada perluh apa, keluar satu minta di buka tas-tas ada bawa barang apa.
Gegentel dengan bodygat, tidak malu di perintah dengan,sesama pembantu, pengangkat piring penyajian makanan ramu tamu hotel.

Perintah sana sini ya harus ia, kan modal bodi gat, untuk menganggap remeh orang bawa gentel sok pengaman, hanya kerja seperti itu lalu di banggakan, sedangkan orang lain yang
Percaya bawa ia di lahir dari. Seorang diri, perut ibu pertiwi yang kerjanya penjamah tanah itu harus kembali.

Melihat indanya kulit langsat jika, semua petak sawa di garap, dan menuai padi, keindahan hasil kuninganya menghipnotiskan jiwa yang lagi kurus kerontong,indahanya jika hasil itu di peroleh dari tangan rapuh, kerja dengan memandi kan lumpur,
Namun balasanya hasilnya yang d berikan dari alam tampan di perintah sama orang lain.
Ini cerita bulan bergeser, kalau mau kerja bersih tangan berbaju neces, silakan kerja terus menanti bulan bergeser menanti upah karena kita lupa kita lahir kandung ibu pertiwi yang selalu sajah mengajar takluk menjama ladang, sawa dan kebun.


Denpasar, 15 Maret 2019.

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan jika Anda punya saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan.
Catatan :
Komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan diperiksa terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Hanya komentar yang berkualitas dan relevan dengan topik di atas yang akan ditampilkan. Harap gunakan sebaik-baiknya dan sebijak mungkin form ini. Terima kasih untuk kerja samanya. (jangan lupa centang notifme)