Gempuran Berdara Perjuangan masiswa" - Peke tanah

Terbaru

Menulis Untuk Kenikmatan

Monday 29 April 2019

Gempuran Berdara Perjuangan masiswa"


   Gempuran Berdara

            Perjuangan masiswa"





         Oleh: Flaviana.d.Suryati
         CERPEN: KISAH KEHIDUPAN

     
    
flaviana d. Suriyati (foto istimewa) 
                                                       Masiswa:STKIP-PI Makassar/YASPI
     

Riunya hidup seperti terkapar dalam di lemah,terasah sudah tidak berdaya lagi,hari demi hari,berjuang menjalan lorong sepi,tampa orang yang
menghiraukan.wajah terbinar"wajah berparas cantik -menyembunyikan beban berat bagaikan banting stir jatu bangun lagi,rambut hitam panjang,molek,tergurai,bagaikan rembulan yang menghantam lembah duka cita yang selalu terpadu dengan alam berbaur dengan dastinasi yang mempesona.

terpesonah terhadap jiwa pejuang dengan rambut kusut, mata terbinar-binar,sebenarnya seseal,dan tak sanggup lagi dan mau berhenti sampai di sini,aku berteriak tapi berlawanan dengan muara,yang begitu lunak,akhiranya suara ku cuma mengemah riu,orang pada mengrong-rong teriakaan ku,seperti kelihatan cuek !,tidak mau menghiraukan,ada apa denngan sepi?Mengapa tidak bisa menyelimutku! dan ajak aku berbicara,adu..!adu! Wahai wahana'cekung tengkulakku,molekan bibirmu mengapa tiba-tiba,terapung-apung dalam jiwa,menghantam dalam'kata,mereka anggap aku apa! sudah sampai finis akhir,perjuangan mau berakhir tiba saja mereka pura-pura cuek tidak menghiraukan aku,di mana aku seorang gadis belia,yang merajut sendiri gemil sendiri,berjuang sendiri,bagimana saya tegar,saya tidak di hirau,tidak di anggap.pada hal aku berjuang dengan jingkrak-jingkrak di tanah rantauaan tempat-tempat panji-panji tengkorak menyeret-nyeret peti jenaza,yang di mana mengisahkan ngais nasip para pengembara ilmu pendidikan,sebenar aku sakit" baik,.sakit badan juga robek luka hati kenapa bundah dan pangeran pura-pura nonton di vinis"aku,pura-pura bisu,seperti suru saya menjalan satu kaki,bagimana aku bisa,saya menghargai perjuangan ini memang penuh gempuran darah akhir dimana,semuanya,berjuang dari titik star nol,

Dari ketidak adaan,orang juga menyepelehkan aku mereka menujuk aku dan menusuk.aku ah ! dia tidak bisa.' mana dia bisa,bisanya dia tidak lama lagi sudah punya calon pangeran,ha,dari teriakan itu justru aku bangkit dan mengalahkan omongan mereka aku mau uji dan nyali bawa saya bisa lebih dari mereka,dan saya hanya melihat tersipu malu kadang mereka yang katanya berjuang dengan kesempurnaan dengan kekayan, mereka juga ikut berantakan juga,aku ajah cuma diam pada hal sebenarnya dari getaran bibir saya mau berbicara bawa ya!! aku,sedang menimbang beban berat tapi aku harus bisa,cinta dan cakrawal jiwa yang di telan sepih'

Bunda dan pangeran adalah mata pisau yang tajam terus mengasa,dan menutun saya walapun kadang mata ku tidak kelihatan dan saya juga mau ngoce apakah mata saya benar buta warnah apa memang hanya karena urat sendi mata ku sudah cape dan mau mau menjerit bawa beban ini sudah tidak mampu lagi.dan mau gagal,dalam dilema syarat akhir dari gempuran yang aku berani berkata ya!aku masi bisa bantu dengan doa dan keluhku,mendorong ku ke gerbang kemerdekaan tatah kalah jiwa yang lagi bergejolak darah perjuanga semata wayang datang dengan penuh juang,

 injak satu kaki di suatu pulau yang warna air nya biru ,niat tegar berdiri kuat dalam hati,aku jalan bukan mencari kenangan,mencari gaya,mencari cinta,mencari laki-laki,mencari gairah materlistik tapi aku punya niat kuat bawa aku berani berjuang puluhan mil bawa"hati ku sudah sekuat besi bajah,tahan terhadap keluh,

kekurang melilit mimpi yang keras. apa aku bisa hidup apa tidak,kesal sedih duka,ingat sang bundah,ingat sang ayah ingat adik,sanak keluarga,Tanah kelahiran,demi merajut penah dan berharap bentangan putih secarik keratas putih yang aku rai berharap dia di bungkus dengan map besar,dan tercetak nama ku buka nama dulu saja tapi nama yang di tambah dengan gelarnya Spd,tapi ini masi bergejolak antara sampai dan tidak' aku butu Bunda dan Pangeran menjadi  relungan Doa mereka mohon menacap dalam jiwa Ku**/



Makassar 24 April 2019.


Tentang penulis:

Penulis:Merupakan masiswa semester        Akhir

Universitas:STKIP-PI Makassar
*Saat ini masi merajut ilmu di kota metropolitan.

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan jika Anda punya saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan.
Catatan :
Komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan diperiksa terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Hanya komentar yang berkualitas dan relevan dengan topik di atas yang akan ditampilkan. Harap gunakan sebaik-baiknya dan sebijak mungkin form ini. Terima kasih untuk kerja samanya. (jangan lupa centang notifme)