Ibu ku Masuk usia senjah

Ibu ku Masuk usia senjah

Novel: Ibu

Genre: Lansia

Pengarang: Feryanus Djharu

Keritikan: Tentang Ibu.

Fto Ibu lusia Imus (istimewa)

Ibuku dalam usia senjah,mengenangmu adalah,bundah yang sangat lembut hati baik hati,kecintaamun kepada semua anak mu sunggu luar biasa,kebaikan mungkin pudar waktu aku bisa balas,aku hanya mendoakanmu,semoga dirimu baik-baik,sehat dalam jiwa,sehat dalam batin sehat dalam rohani,tetapa semangat di usia lansia mu,kurangi pekerjaan yang mengsterskan,aku kangen dirimu bundah,suatau malam rajangku bagaikan wahana,segelintir huruf kecil aku gores,yang sebenarnya ini adalah menyampaikan rasah bersalah ku padamu sang bundah,yang di mana samapai saat ini tak sedikitpun merasahkan seuntain kebagian kecil yang aku berikan dari aku anak bungsumu,aku malah memberikan racun hidup pertingkaiaan soal hidup yang tak pernah selsai-selsai aku jalankan,mau mau mencerita sebenarnya lewat goresan novel ini aku mewakili rasah menyesal dan bersalahku pada mu sang bundahku,kamu ratuku yang tak dua kali hadir di bumi ini,tapi apa daya aku mau memberikan kerinduaan kecil untukmu’ namun,kekicaun yang menghimpit hidupku membuat diri ku tak berdaya…di setiap jeritan langkah demi langkah aku memanjat satu anak tangga aku sedikit memanggil minta rahamat penu kasi mu,dalam fanah ini,karna anak tangga itu berkali-kali aku injak.dan naik,selalu saja aku gusur dan tertimpah kembali,mengingatkan pelukan hangatmu,gendong ku waktu usia kecil mengunakan sarung,membuatku terbinar air mata,kata sedemikata kau rangkaikan berdendang dengan lagu nina..bobo,namun isak tangisku,tak terbendung meratap kesakitan’ yang kamu juga sedikit bingung sebenarnya saya sakit apa,dan hal inilah yang aku rasahkan saat ini,pasti ibu bingung anak ku sakit apa sekarang,aku juga tidak tahu,aku masi ingat dan ingin lagi di asu dan di suap sama ibu lagi,namun kebaikan itu bertumpuk berbelit-belit,dan sulit klarifikasi dan satu perkata aku baleluskan,yang saya harap saat ini adalah tulangmu yang sedikit rapuh dan letih,kulit mu sedikit kusut dan mengkerut karna sudah beri ke saya,berharap kamu bundah pertiwi dan kekayaan berlimpah yang sulit untuk memilik,lembut hatimu,derah tangisku ingatmu,dulu waktu usia kecilku,kesakitan yang aku hadapi itu berlipat ganda,ketulusan mu,hidup ibu sebatang kara hanya di temani oleh aku bay sakit,sedikit pun mengerutuh dari mulutmu sesal keluh kesa,tidak! kamu hanya medesis suara aku tau ibu memang orang bersabar,sentak aku bertanya,mengapa ibu?,tidak wariskan hati itu ke aku,apa memang ibu sudah wariskan tapi aku malahpraktik soalnya,kata-kataku pedas orang sering mengkompromi saya bawa,unsur kata ku kasar dan jelek apa.saya,tau hawah yang tidak pernah di binah!,ohw itu semua aku bisa yakinkan malahpraktik kata,karena ibundah ku sudah aku transfer segudang kesabaran dan harapan dan semuanya itu harap di praktik,aku tau ibu saat ini sakit,tapi apa daya aku mau bantu angkat,kehidupanku juga jalan di luar rel”sangat-sangat membelelit sekali mau di sempurnahkan,dan mungkin kalu seprti senjah kalah dan cakrawala yang hanya pada orang beruntung yang melihatnya,dan mungkin bisa di gunting dengan naluri,sulit sekali di bayangkan,jika di bayang aku sampai menangis bund,adu…adu.!dan saat ini aku menunggu angin dan waktu apa ka dia bisa lewat hembusanya menerjang putik bungga yang ada tetesan ebun saat hujan ritik itu,bisa membasahi dan mengembun dan sejukan pikiranku netralisirkan pikiranku,ku berharap usia senjahmu sehat selalu suatu waktu kita jumpa kembali rajut tajuk kenangan,kebaikanmu ribuan biji berlian aku tamakan.aku rindmu dirimu ma!

Kuta-Bali,25 April 2019.

Penulis merupakan peminat Sastra,

dan Pengarang,kenikmatan hidupnya selalu lewat karya mengarang,menulis dan membaca Buku.Tulisanya mucul dari segala ide tentang pristiwa di sekitar kehidupan nyata. Gejolakan hidup yang penuh dengan kemustahilan..*/