Genere : Puisi
Potret Gambar Kliping puisi/ Vian |
Saya mengenal karya beliau atau pak Supardi itu, sejak masa saya SMA dulu, ketika ibu guru saya menyuruh semua muridnya untuk mencari puisi di buku-buku karya sastra. Waktu itu, aku tertarik dengan karya bukunya sastrawan sekaligus penulis atas nama Supardi ini. Karena saya ingin sekali membaca dan menikmati karyanya, sampai-sampai pada waktu itu, saya membohongi orang tua saya untuk meminta uang. Alasannya? ya untuk foto kopi buku pelajaran. Orang tua saya merealisasikan permintaanku itu. Besoknya saya langsung keperpustakan terdekat, dari kampung saya untuk membeli buku itu, nah kebetulan sampai di kota saya bertemu dengan paman saya dan bertanya. Untuk apa kamu kesini? (Ke kota terdekat itu maksudnya) .
Saya menjawab "Saya ingin mencari buku dan membelinya.
"Buku apa? Katanya.
Saya jawab
"Karya sastra pengarang atau penulis "Supardi"
Akhirnya ia ngajak saya untuk pergi kesuatu tempat,katanya "Mari saya bantu, tapi disitu hanya bisa meminjam untuk beberapa hari saja, tidak bisa membelinya.
Saya menjawab, "Itu tidak menjadi masalah!
Sesampainya ditempat itu dan ternyata tempat itu adalah tempat perpustakaan daerah. Nah, saya senang dong! Apalagi dengan jumlah buku yang sangat banyak yang tersusun rapi disetiap sela-sela lemari itu.
Kemudian, pinjamlah buku itu, buku karya Supardi.
Kembalilah ke sekolah, untuk hari esoknya, tiba-tiba Ibu guru memangil saya, dan katanya "Kamu dapat bukunya dari mana? Dan inikan buku yang genre-nya dewasa,kok bisa sesuka ini kamu ingin membacanya?
Tentu saya hanya binggung ajah, dengan pertanyaan itu. Ya, begitulah.
Malamnya, detik demi detik jam berputar sayapun ikut tengelam dalam berimajinasi setiap isi puisi -puisi dalam buku tersebut. Setiap jeda-jeda dalam buku tersebut tentu kesempatan untuk mereguk sedikit seruput kopi yang telah dipersiapkan terlebih dahulu diatas meja belajar itu. Ya, memang saya akui saya adalah salah satu pecinta kopi,apalagi kopi khas Flores, Ntt (Nusa Tenggara Timur) . Pkirirku, Jika ditemani ritikan sedu akan semakin membuka cakrawala pikiran dan imajinasi.
Saya selalu bertanya. Kapan saya bisa bertemu beliau? Atau mungkin saya bisa melihat sosoknya, mungkin lewat tayangan Televisi atau dimana? Saya juga bingung padahal saya memang terlalu ngefens banget sama beliau, ya walaupun belum melihat rupanya.
Ketika dunia semakin berkembang dan indonesia salah satunya sudah mengenal bebarapa teknologi yang cangih, mulai dari Henpone dan televisi yang tidak lemot signalnya lagi. Atau beberapa alat cangih lainnya yang sangat membantu saya untuk mengenalnya lebih dalam tentang sosok seorang penulis Supardi. Dunia terus bertransformasi hingga melahirkan beberapa ide atau gagasan para pecipta aplikasi -aplikasi dalam menambah format atau folder dalam setiap hanpone. Kenalah dengan Youtube. Darisitulah saya melihat pak Supardi dengan jelas dan rupawan. Ya walau bukan dalam berupa wujud sih!
Saya sudah terlalu banyak mengenal karya-karyanya sekarang! Dan bahkan, saya pengen banget untuk bisa bertanya langsung sama beliau, tentang ide, teknis dan lain sebagainya dalam tata cara penulisan maupun membuka cahaya imajinasi setiap langkah -langkah puisi yang kita buat. Dan tapi mungkin nanti, atau tidak, itu tergantung waktu. Iya waktu!
Ketika sekarang ,saya mengenal sosoknya dalam layar televisi maupun layar handpone,saya selalu mengingat katanya
"Jika ingin menjadi seorang penulis profesional atau penulis handal itu adalah pertama: Suka membaca, sebanyak-banyaknya
Kedua : Mencuri sebanyak-banyaknya (Ide, Teknis, Dsb).
Mencuri karangan orang lain, ngak apa-apa,kalau tidak mencuri mau dari mana? Gitu ya! Ngak bisa,tapi mencuri loh ya! Tidak minjam loh! Kalau minjam dikembalikan kalau mencuri ngak!!! "
Begitulah inspirasi maupun motifasi yang saya tangkap dari beliau? Ya, setidaknya belajar dari penulis profesional dan seorang sastrawan adalah hal yang produktif dalam membangun diri kita. Dan ceritanya yang saya ambil dan petik dari kisah awalnya ia menulis adalah bahwa kita seharusnya tidak cepat putus asa karena "Kesalahan hari ini adalah pelajaran buat kedepannya.
Beliau mengatakan bahwa " Bahasa itu bergerak. Cepat berubah. Setiap hari berubah. Kalau tidak menangkap dengan sastra, ia akan hilang. Dan itupun hal yang sangat saya sepakati, karena kalau bahasa-bahasa baru itu tidak dimasukan kedalam sastra atau KBBI,(Kamus Besar Bahasa Indonesia) dengan sendirinya kata itu akan sedikit demi sedikit waktu berjalan ia akan menghilang dengan sendirnya. Itu!
Menurut saya, pak Supardi adalah anugrah terindah yang diberikan Tuhan untuk saya dan untuk kita semua, semoga karyanya tetap menyebar diseluruh plosok negri ini dan bisa menyebar luar dimasyarakat***
Penulis : Selvianus Dar
Salah Satu Mahasiswa Di Kampus Terbuka Di Bali
Peminat Sastra
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan jika Anda punya saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan.
Catatan :
Komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan diperiksa terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Hanya komentar yang berkualitas dan relevan dengan topik di atas yang akan ditampilkan. Harap gunakan sebaik-baiknya dan sebijak mungkin form ini. Terima kasih untuk kerja samanya. (jangan lupa centang notifme)