** Oleh: Selvian Dar**
BUNGA RAMPAI
Selvian Dar Mahasiswa. |
Awalnya ketika ayah memukul saya.
Dia kejar saya !
"Kamu mau lari kemana !
"Ayah jangan pukul aku Ayah
"Jangan lari!
"Ayah jangan pukul saya lagi
"Saya pukul kamu sampai mati! Jangan lari, mau lari kemanapun saya kejar!
Ketika waktu itu kesalahanya hanya saya tidak mengerjakan pekerjaan rumah, sementara saya habis pulang dari kebun, duduk sebentar diteras rumah eh, malah Ayah marahin saya,pukul saya, kejar saya sampai dapat lalu pukul lagi. Saat adik saya mencoba untuk menghalanginya, ayah malah marah kepadanya, katanya
"Mingir atau kamu yang aku pukul!
"Cukup pukul kaka Ayah
Ayah tak sadar lalu mendorong adik, dan terjatuh,lalu beberapa menit kemudian, ibu datang dari perkebunan
"Bagaimana denganmu? Berdiri
Tetapi ayah terus saja mengejarku, didalam rumah hingga kejar-kejaran diluar rumah dan saya terjatuh, lalu bangun lagi terus berlari. Sementara ditangan ayah, kayu besar yang siap untuk memukul saya. Saya terus menangis dan berkata
"Cukup ayah, aku sudah tobat.
Tetapi ayah tidak menghiraukan itu, dan terus mengejar saya hingga terakhir aku tidak bisa berlari lagi, aku pasrah dan ayah suruh berlutut
"Kamu berlutut!
Sayapun berlutut dan Tetanga -tetangapun berkomentar,jangan pukul anakmu! Jangan pukul anakmu! Anakmu baik dan rajin! Tapi komentar itu seolah-olah seperti angin yang berlalu. Tak menghiraukannya oleh seorang ayah.
"Kupatahkan kakimu! Kamu masih berlari!
"Ayah jangan pukul saya lagi
Hari ini jika saya tidak mengajari kamu, mendidik kamu saya pangil kamu ayah.
"Ayah kenapa ayah selalu memukuli saya? Apa salah saya Ayah?
"Diam, dan terus berlutut!
Kamu sudah dewasa? sayapmu sudah keras ? Sudah bisa terbang? Lalu Ayah marah dan sesekali ingin memukulku lagi.
Ibu datang dan menghalanginya
"Apa yang kau lakukan? Seisih rumah sudah mau pecah. Kamu ini anak bandel. Jangan membuat ayahmu emosi. Sangat mengangu
Saya suruh kamu keluar. Mengapa tidak keluar? Keluar. Mengapa tidak keluar? Pergi. Kamu ingin mati dipukuli ayahmu? Pergi.
"Hei, kamu masih berdiri disitu. Kapan saya berkata kamu boleh keluar?
Waktu itu, memang moment yang sangat -sangat sedih dan suasana rumah berantakan hanya gara-gara masalah kecil itu dan saya berkata pada Ayah
"Ayah, saya benar-benar menyelesaikan pekerjaan baru saya pulang.
Saya tidak berbohong saya tidak malas dan sambil meneteskan air mataku saya berkata dengan jujur.
"Pekerjaan kamu sudah selesai. Apakah kamu tidak bisa cari pekerjaan lain? Lihat adikmu bekerja sampai sekarang masih belum pulang. Apa kamu tidak punya mata? Apa kamu bisa belajar dari dia? Kamu begini terus apa kelak kamu bisa berhasil? Kamu mau kemana? Kamu tidak berguna!
Lalu saya lari dan pergi dari hadapannya, karena saya pikir saya tidak berguna,saya tidak berguna dikeluarga itu, saya terus menangis dan terus menangis dan pergi jauh kesuatu tempat yang selalu menjadi pelabuhan terakhir untuk merenung yaitu adalah kebun.
"Lemparkan lagi, apa yang barang kamu mau lemparkan?
Apakah kamu sudah gila? Barang dirumah sudah rusak dilepari olehmu. Kalau tidak bisa diperbaiki. Kita pakai apa? Temperamen kamu buruk sekali. Anak memang harus dididik. Mengapa setiap kali pukul anak, kamu seperti memukul musuh .Anak sedang tumbuh besar, kalau kamu pukul sampai kamu tidak bisa tumbuh.
"Apa kamu sudah selesai ngomel? Marah ayah kepada ibu
Kebetulan kemarin ayah sudah membuatkan sangkar ayam dari anyaman banbu dan memintahnya untuk saya bawahkan kepada tetangga yang sudah memesannya dari hari kemarin itu ,sayapun pergi dan menyelesaikan pekerjaan itu hingga pulang aku juga langsung melakukan pekerjaan rumah lainya yang belum beres. Pembeli sangkar ayam buatan ayah memang banyak pemesannya, mulai dari masyarakat desa setempat, diluar desa dan kawan-kawan lama ayah yang berdagan dipasar. Ternyata masih banyak lagi yang memasannya dan mereques untuk cepat dibuat.
Malam itu kami sekeluarga, berkumpul saling bergotong -royong membuat sangkar ayam pesanan pembeli. Hingga sampai tertidur tak teratur, teryata ayah masih punya hati untuk mengakat dan mengendong kami untuk bawah ke kamar masing -masing .
Motifasi Ayah,
" Kata orang, jika mau berusaha, tidak perlu takut tidak ada kesempatan. Walau keluarga kita miskin,tetapi kita lebih rajin daripada orang lain. Suatu hari nanti pasti akan berhasil. Walaupun ayah dan ibu tidak bisa memberikan kehidupan yang layak buat kalian tetapi ayah berharap kalian bisa tumbuh dan berkembang seperti tauge.
Ada suatu hari, kami anak-anaknya pergi kesawah untuk membantu Ayah dan ternyata ayah tidak ada disana, kami pangil, tidak ada yang nyaut atau menjawab
"Ayah dimana? Tanya adikku yang perempuan.
"Kita terus mencarinya saja. Kakak juga tidak tahu!
- Ketika matahari sudah nampak terbenam dan awan seakan menandakan akan menurunkan zat -zat cairnya kebumi. Kamipun belum lekas pulang. Sementara dirumah masih banyak pekerjaan yang belum terselesaikan. Dan tentu mereka sangat kewatir tentang anak-anaknya yang tak kunjung pulang. Kamipun pulang lalu disambut dengan kayu yang besar sebesar jari manis. Pukul! Semuanya pukul!
- Tetapi satu moment yang tidak pernah saya lupakan seumur hidup saya, ternyata Ayah memang benar-benar sayang kepada saya dan kepada kami semua.
Waktu itu, saya disuruhnya untuk ikut bersama paman kekebun melanjutkan pekerjan yang tertinggal kemarin, namun saya pingsan ditengah perjalanan, pamanku menyuruhku untuk pulang saja dan jangan melakukan pekerjaan untuk hari itu. Saya ngotot dan tegas, saya tidak mau, saya tidak mau! Dalam hatiku, kalau saya pulang cepat ayah akan marah dan memukulku lagi. Aku tidak mah mau dipukul lagi.Tapi paman terus memaksaku untuk pulang, aku sembunyi saja dihutan dan tidir hingga sore dalam posisi keadaan sakit. Ayah mencari saya dari pagi hingga sore, ketika paman mengabarkan bahwa saya sudah pulang terlebih daluhu, karena alasan sakit. Dia cari kemana-mana! Hingga malam tiba, aku pulang dan masih saja dipukul, tapi setelah semuanya saya terangkan dengan jujur bahwa sebenarnya saya sakit, saya demam. Akhirnya ayah cepat-cepat mengatarkan saya kerumah sakit, ia tidak segan membiayai rumah sakit,mengeluarkan uang banyak untuk pengobatan saya. Karena saya sakit "Demam Tinggi" dan esoknya saya istirahat, hingga sampai sekarang ayah sangat bersalah kepada dirinya sendiri jika ia terlalu marah kepada semua anak -anaknya.
Terimah kasih Ayah!
Penulis : Selvianus Dar
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan jika Anda punya saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan.
Catatan :
Komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan diperiksa terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Hanya komentar yang berkualitas dan relevan dengan topik di atas yang akan ditampilkan. Harap gunakan sebaik-baiknya dan sebijak mungkin form ini. Terima kasih untuk kerja samanya. (jangan lupa centang notifme)