Jejak Langkah - Peke tanah

Terbaru

Menulis Untuk Kenikmatan

Saturday 11 May 2019

Jejak Langkah

        Jejak Langkah


                        Oleh: Fery. A. D
                        Genre: Cerpen

 
jejak Langkah (foto istimewa) 
                     
(foto: Ilustrasi) 

Cerita penulis mulai tapak kaki ke pulau Dewata. 


Jejak Langkah..!!!

Tahun yang begitu unik, dan sunggu bahagia tidak bisa di ungkap dengan berbagai pemikiran riang gembira apa-apa, jalan hidup yang penu liku-liku seperti belok se ekor ular, jejak langkah tampa arah mau, mengarungi laut lepas,begitu gembira tampa menaruh pemikiran apa-apa mengenai jalan hidup yang panjang,rumah ku yang elok dan kampung kecil ku yang sunyi, begitu senyum ketika penulis menghabiskan waktu massa kecilnya, dengan berbagai permainan bersama teman-teman, lndanya tak ada dua nya, kegiatan sehari-hari menghabis kan waktu dengan begitu saja, dan pemikiran untuk kemajuan ke depan tidak pernah tacap di otak, hanya sajah ke bahaagian dengan main jungkat-jungkit menjadi teman setia,

Sekola tempat meramu ilmu,masi ingat dengan sekolah ku, yang di bawa teduhan ribun pohon besar dan begitu asry di hiasi berbagi tanaman kopi robusta dan arabika yang begitu hijau, ribunan pohon pisang yang begitu sejuk mengipaskan angin jernih ke berbagai pori-pori bulu halus tubuhku. keindahan yang memanjakan pemandangan hijau yang di berikan pohon dadap,gemericik mata air yang begitu lunak. di Lembah-lembah yang di naungi pohon bambu dan bunga paku dan palma,keunikan pipa air pancuran yang begitu tinggi dari dasar tanah jika mengenai tengkuk sunguh asik seperti terapai dengan aromah trapih, terbuat dari bambu yang bertahun-tahun mengalir air dan menumbu lumut,dan air minum bisa di konsum langsung mata air ,menyentu langsung mulut denga pipa bambu yang sebagian tumbuh lumut langsung meneguk tidak terpikirkan apakah air tersebut di campur denga butiran pasir kecil apa memang betul jernih, jawanya ada pada ginjal, hee...puji Tuhan  kenyataan penulis sudah umur 24 tahun, belum ada derita seperti itu,semoga saja tidak. kebahagia lain penulis sunggu menajubkan, mencari kayu bakar di hutan terjal bersama teman-teman,termukau dengan hutan yang begitu belukar, penuh dengan gtambut-gambut, keramain menarik bersama teman-teman.keributan berantem mulut sama teman, yang begitu riu namun tidak begitu dendam, jalan tampah arah,ketemu satu pohon yang buah nya bisa di konsum, tak menungu, naik turun bergantian panjat,terkadang perut kenyang di isi berbagai bua-buahan keras dari alam, dan pengalaman masa kecil yang begitu menajubkan ini, sayang nya tidak bisa muncul kembali di benak ku, hingah usia remja penulis, memasuk sekola menenga, di mana masa-masa ini di isi dengan perasaan semar-semar bagaikan bunga sakura,mekar di musim kemarau,pernak-pernik, di hiassi berbagai cinta kucing dan cinta monyet,menulis surat cinta,mengirim ke pacar, layak nya orang mengetik surat undang lalu menyebar ke semua undangan, tak di pungkir kan kebahagiaan itu pasti pupus, injak sekolah menenga atas. Yang sama muncul cinta, monyet dan kucing hampir setiap waktu kuras tenaga,pikiran dengan memikir cinta",apa lagi jika menyukai seseorang,inginya ketemu empat mata setiap hari, rentetan masa ini, pupus hilang, hingga menginjak masa remaja dan ingin melanjutkan cita-cita keluar kampung dan kebaagian bersama teman-teman di habiskan dengan saling tidak kenal tidak saling manjah seperti waktu masa kecil kebersamaan di kampung .


Melajut ke, Maumere,Kota Sika, Flores Ntt. pengalaman penulis yang sunggu amat sejarah dan dalam kehidupan penulis antara sedih dan bahagia itu muncul dengan silang pendapat, tak lama pupus dengan tegang waktu,dan antara malu dan kesedihan menimpa penulis hinga mengangkat kaki dan pergi dari kota sika, menuju labuan Bajo Manggarai Barat,dan berujung menuju ke pulau Dewata,di sini, penulis gejolak berbagai tekanan itu, menghantui diri,anatara,sikap bersalah, sedih, malu, tampa pamit dari kampung mengembara ke kota seribu pura,dalam perjalan pergi,atara rasa bagia seperti apa ke indahan,kemajuan kota, paramuwisata itu hinga gencar ke manca Negara.
Hingga titik akir tiba di pulau seribu pura,mulut ku terbungkam melihat eloknya city Bali, dengan berbagai keunikan,di warnai lukisan-lukisan dinding pagar tembok, hingga di pertigan persimpangan jalan memutar melewati di tenga-tenga persimpangan ada patung berupa bentuk, ah..ini ngeri, ini baru kota, aneh beda jau dengan kota kelahiran ku, yang penuh di hiasi pandangan amburadul sampah, di sini,sepanjang perjalan ruas jalan jarang menemukan sampah plastik, yang ada hanyalah kunikan pagar betis hiasan ubun-ubun berupa penjor, mereka sebut, menarik!. dan berbagai bahasa yang muncul yang sering di degukan dan mengaung di telinga itu bahasa adat setempat bahasa Bali, dan perjalan ini sunguh mengerikan hinga ombang-ambing dari satu titik rumah kos-kosan kediam orang dari sesama daerah,dan semua ini pasti di alami oleh sebagia perantau permula, dan ini menarik, jika tidak punya liku-liku hidup seperti ini, itu bukan menarik,saat mengembara, hinga mengerja di perusahan sewasta, sebagai pekerja Pertama di bawa tekanan banyak orang dan dan harus bisa melawati rintangan terkadang memikirkan kembali, kisa manjah kehidupan ketika berada di kampung asal, mau makan tinggal tunggu di suguh sama ibu,makan tidur, mandi, bangun,makan. tidak ada yang ngomel, palingan ngomel ketika ke habisan kayu bakar, untuk memasak keperluan makanan dan ternak, dan semua ini,sejarah kalau tidak ada berarti kita belum banyak pengalaman hidup di dunia ini, hinga sekarang ke rumitan hidup tidak pernah pupus.
silang sengkarut hidup itu muncul, terus,namun merendam dari semua gejolakan itu penulis menghabis waktu dengan berbagai aktifitas mulai dari kerja aktif, hinga menulis lepas di media online dan membaca buku, itu aktifitas rutintitas sehari-hari, sambil menyeruput kopi, dan cara ini menyangkal dari segala penyakit nyopia di kota besar, yang selalu  saja menimbul sourditas dan kesetresan yang begitu hebat,hidup itu seperti terantai,terpasung dengan berbagai rintangan, hinga lahirlah segalah tulisan goresan tentang hidup yang rumit, semua ini adalah sejarah,kemudian belum terpupus entah sampai kapan menanti waktu  yang menjawab.
Kihidupan memang realitas, religus, obyesitas, nyopia,harafia,musafir,hinggah menutun jalan panjang yang tidak akhir dengan rintihan, mengharap campuran tangan Tuhan meleburnya dengan biji emas, dan bisa memperbaiki se mua riuan hidup ini yang begitu mengikat kental, hinga bergejolak panjang.


Tanah, Lot, 12 Mei 2019.


No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan jika Anda punya saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan.
Catatan :
Komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan diperiksa terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Hanya komentar yang berkualitas dan relevan dengan topik di atas yang akan ditampilkan. Harap gunakan sebaik-baiknya dan sebijak mungkin form ini. Terima kasih untuk kerja samanya. (jangan lupa centang notifme)