Klaim Berhala Dalam Ritus Teing Hang Di Manggarai. - Peke tanah

Terbaru

Menulis Untuk Kenikmatan

Monday 29 April 2019

Klaim Berhala Dalam Ritus Teing Hang Di Manggarai.

Klaim Berhala Dalam Ritus
Teing Hang Di Manggarai. 


Cermonial teing hang (persembahan) 


"Tak pernah ada kekeristenan tampah adanya eksistensi Budaya, Demikian juga tak pernah ada sebuah Budaya tampa Religiusitas"

Masalah perbedaan pandangan mengenai kesaksian "TEING HANG" di manggarai menjadi masalah krusial, yang harus di telan secara mendalam.menjadi masalah krusial, karena orang manggarai belum mendalami secara kompresif. Dengan ritus"TEING HANG" itu sendiri oramg manggarai hanya mengenal ritus tersebut hanya asal-asalan,tampah memaknainya sebagai kekahasan budaya yang harus di apresiaasi, Sehinggah dalam tubuh ritus ini menjadi salah satu bagian dari praktik  penyembahan berhala,? Pertanyaan ini menjadi acuan penulis,untuk merangkai gagasan dalam tulisan ini, 
Penyembahan berhala dalam relevansinya dengan ritus"TEING HANG"  pemahaman penyembahan berhala dalam kontes berbudaya tidak memberi jawaban yang pasti. Artinya penyembahan dalam ritus "Teing hang" itu sendiri tidak termasuk berhala dalam hal ini ada dua argumen yang membenarkan praktik berhala. Dalam dua hal ini ada dua argumen yang membenarkan praktik menghormatan leluhur atau dalam konteks teing hang itu sendiri. Pertama praktik penghormatan kepada leluhur mengandaikan kepercayaan akan adanya kehidupan baru sesudah kematian,badan.kedua,penghormat kepada leluhur menjadikan sebuah ke percayaan atau eksistensi Allah penjamin tunggal, dari kehidupan kekal manusia, sesudah peristiwa kematian oleh kerena itu prakti yang berpusat pada penghormatan leluhur menjadi sebuah peristiwa, Anamnesis dan kencintaan manusia yang masi hidup, untuk orang-orangan yang sudah mati.
Pemahaman secara ekspelisit menerangkan bawah dengan penjalanan praktik menghormatan untuk orang mati oleh orang yang masi hidup tidak mengalami keberpisahan. Artinya antara orang mati dan orang hidup tidak semata-mata lenyap dalam komunikasi melainkan orang mati dan hidup. Sehingah konteks ritus teing hang bukan lah semata-mata praktik penyembahan berhala. Pengultus ritus teing hang juga. Mengandaikan kan adanya hidup setelah peristiwa kematian. Dimana di yakin eksistensi jiwa dari manusia itu akan tetap hidup .berkaitan dengan ritus teing hang dalam budaya manggari menyakinkan bawa dengan menjalankan praktik tersebut, jiwa-jiwa orang yang meninggal bisa di bangkit kembali atau hidup kembali. Terhadap Pernyaatan mengenai pemahaman penyebab berhala dalam ritus "teing hang"di manggarai penulis menegaskan bawah praktik teing hang itu sendiri bukan merupakan penyembahan berhala, karena di dalam ritus tersebut tidak adsnya unsur pemujaan yang berlebihan terhadap leluhur,tetapi yang ada hanya sebuah penghormatan atau anamnesis untuk jiwa orang-orang yang sudah meningg dalam praktik ini ,juga ada hubungan dengan unsur simbolis dalam ritus teing hang ,merupakan ungkapan cintah dari anggota keluarga. Terhadap keluarga yang sudah meninggal, sehinggah orang meninggal memperoleh ketenangan di dunia lain atau dalam istilah manggarai (pa'ang be'le) 
Dari ulasan di atas peulis mencoba memberi pandangan konstruksi untuk masaryakat manggarai bawah,pertama sebagai manusia manggari perluh adanya pemahaman yang mendalam mengenai ritus teing hang,dengan memahami itu, kita mampu memakani ritus yang ada dan pemahaman yang mamadai tentang,  budaya mampu memberikan kontribusi yang postif bagi peradaban kemanusiaan etnis Manusia MANGGARAI  di mana MANGGARAI  merupakan salah satu daerah yang memiliki khas budaya yang perlu di apresiasi .
 Dengungan demikian, orang Manggari  memiliki unsur identitas yang berbeda dengan masaryakat daerah lain, kedua, jadikan, kebudayaan sebagai bagian integral dari manusia manggari, karena sebetulnya kita lahir daerah yang berbudaya,oleh karena itu, terhadap paradoks ritus teing hang perluh di pertegaskan oleh penulis, bawah ritus teing hang bukan praktik penyembah berhala melainkan alternatif  untuk menghormati parah leluhur yang telah meninggal dunia.dengan demikian pemahaman berhala dalam ritus teing perluh di gali kembali. 


              Bali, 28 September 2018 


Penulis :ferryanus Djharu
Profesi:pengiat media sosial
Peminat:sastra
Alumnus SMKN 1 Pocoranaka mano
MANGGARAI timur, 
Asal: keka/jing
Desa melo,kec pocoranaka
Kb,Manggarai Timur (NTT) 
saat ini menetap di Bali, pulau Dewat

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan jika Anda punya saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan.
Catatan :
Komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan diperiksa terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Hanya komentar yang berkualitas dan relevan dengan topik di atas yang akan ditampilkan. Harap gunakan sebaik-baiknya dan sebijak mungkin form ini. Terima kasih untuk kerja samanya. (jangan lupa centang notifme)