Novel,edisi,17 April 2019.Munke,sulastri, Bayu Biru.

Pengarang:Feryanus Djharu
fto ilus,kesaksian 14 November yang Menyedihkan |
Malm itu malam yang Gelap gulita,sinar lampu Neon rumah,membias tiap gang Rumah,malam terus belarut,sat malam perkambung pembentukan sesepu,sulastri yang berparas cantik dan aduhhai,menakjubkan,bertubu,ramping,rambut ombak,ikal,warna kulit sawo matang,bersuara merdu dan menarik,jujur dan angun,bersih dan keterampil menghipnotiskan,seperti sang bayu!berkaca-kaca dengan sikap nya jujur idaman molek,memberi sinyal ke munke,kabar tentang Bayu Biru,yang lagi-lagi silang sengkarut dalam jalinan kasih rumah kecil mereka.] di selah kesibukan kecil,angin malam pun menusuk ke pori-pori bulu halus yang tumbuh kuduk di di tanganya,tiupan angin malam yang sungguh mengasingkan,lampu jalan yang membisu,gang rumah yang cuil,anjing-anjing serentak mengonggong,seoalah terbangun serentak tampa ada yang di gangu,orang-orang pun tertidur pulas,pagar besi yang usianya sudah mencapai puluhan tahun. mengkarat,mengularkan bunyi seprti bell rumah se'ola mengasi isyarat bawa ada sesuatu yang masuk,sentak kaki'pun tersipu malu,Dor...!Dor..!di buka.'malam itu,pikiran terselimut di hantui persaan sangkah buruk,yang
terselubung..antara,takut,sedih,penasaran,nafpsu dagin,tercampur aduk,malampun terjadi,tembok yang dulunya membisu,seolah menyuara,tampa henti,dan saking bisunya nya tembok tidak merasa terdengar,Gemericikan air,dan barah Api puntung rokok orang menyalah di malam itu,duduk di teras serpihan itu,keluarpun di hantui perasaan bersalah,
Bayu biru,mengeluarkan jurus justifikasi ke-Munke,bawa terjadi peristiwa khalik dan sedih yang terjadi di ranjang rumah tembok bisu yang berdri bertahun-tahun itu,berkontras cokolat,kosen kayu dan dekorasi tembok bisu dengan warnah biru,!
pagi-pagi Munke bangun,bersembah sujud di Gereja Tua,dan seolah rasah bersalah muncul di sambar petir siang bolong,air mata,terbalur tipis,di depan altar Gereja Tua.'mengaku bersalah dan lakon,alot,plot drama ini.pun,tetap terus terselubung yang tadinya yang di warnai pecah isak tangis'dan segalanya mengaku salah,sore itupun juga,sebuah gang jalan masuk partamina,dan tukang ojek online,menjadi saksi pilu di antara deruh mobil yang berlalu-lalang,nyalip menyalip sepeda motor,matahari di kepulauan pun rendup berwarah mereah ke coklatan,rumah kecil sunyi itu pun menjadi kesaksian,di antara kesedihan,dan jalan buntuh penyesalahan,dan di akhiri dan juga di warnai berantakan yang terjadi di huniaan banyak orang lalung lalang,sulastrinya yang terbangun sipu,terdiam seribu kata,wajah berbinar-binar,sambil mengharapkan kepada sang khalik,dengan merasah kecurigaan denga peristiwa yang di saksikanya deng berlipat ganda curiga,muncul sinyal ketidak enakan,dan muncul sinyal bauh busuk,terus bergulir di udara,dari mulut ke mulut di perbincangkan,kesiksaan terus berjaalan,merasah Munke di anggap dahulunya,alim,sopan santu,di sergap prangkap tatakalah harta dan napsu setan yang menusuk,dan usikan di telinga,tercengat bauh,seperti bauh cendah antara harum dan'menuju susut dan menjadi sengat,karena di tuduh merasah diri kebal dan sudah salah di mata'Sulastri,dan sekali bau..! Tetap bau..! Sekali harum tetap harum..!.niat tak terbanta,semua kekacauaan menusuk sedih dan bernana luka dara,dan akhirnya di selimuti'luka pasung,kebenciaan,di jauh oleh orang-orang, di benci para tetangga,di caci maki,di olok-olok,di hina,terpasung dan terpinggir,ini kisah Empat Belas November yang menyedikan.
Kuta Bali,17 april 2109
Novel:Munke,sulastri,Bayu Biru.
Genere: sastra
Pengarang: Feryanus Djharu
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan jika Anda punya saran, kritik, atau pertanyaan seputar topik pembahasan.
Catatan :
Komentar ini menggunakan moderasi, setiap komentar yang masuk akan diperiksa terlebih dahulu sebelum ditampilkan. Hanya komentar yang berkualitas dan relevan dengan topik di atas yang akan ditampilkan. Harap gunakan sebaik-baiknya dan sebijak mungkin form ini. Terima kasih untuk kerja samanya. (jangan lupa centang notifme)